AutoGrow: Smart Garden Controller

Autogrow Smart Garden Controller adalah sebuah sistem otomasi kebun pintar berbasis mikrokontroler yang dirancang untuk memonitor dan mengelola penyiraman tanaman secara otomatis. 

Sistem ini memanfaatkan sensor dan aktuator untuk menjaga kondisi lingkungan tumbuh tetap optimal. Beberapa parameter penting yang dipantau meliputi alat kontrol pompa, kelembapan tanah, suhu air dan suhu udara. Data dari sensor tersebut diproses oleh mikrokontroler untuk mengaktifkan perangkat seperti pompa air yang telah diprogram.

Selain itu, Autogrow Smart Garden Controller dilengkapi fitur kontrol dan monitoring jarak jauh melalui aplikasi atau dashboard berbasis IoT, memungkinkan pengguna memantau kondisi tanaman secara real-time dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

1. Sensor Kelembapan Tanah (Soil Moisture Sensor)Sensor ini adalah komponen utama dalam logika irigasi dan ditempatkan langsung di dalam media tanam. Cara kerjanya adalah mengukur kandungan air dalam tanah, biasanya dengan mengukur konduktivitas listrik (untuk tipe resistif) atau perubahan kapasitansi (untuk tipe kapasitif). Data mentah (ADC) yang dibaca oleh ESP32 dikonversi menjadi persentase kelembapan (soilPercent) dari $0\%$ (kering) hingga $100\%$ (sangat basah). Sensor ini memiliki dua peran utama: pertama, memicu pompa ON secara otomatis jika nilai kelembapan jatuh di bawah ambang batas kering ($<50\%$); dan kedua, memicu System Override jika nilai kelembapan terlalu jenuh ($\ge 90\%$) untuk mencegah overwatering yang dapat menyebabkan pembusukan akar tanaman.

2. Sensor Suhu Air (DS18B20 Water Temperature)Sensor DS18B20 adalah mekanisme pengamanan kualitas air yang dipasang pada sumber air (misalnya, tangki atau wadah). Sensor ini bekerja dengan protokol digital OneWire untuk membaca suhu air dengan akurasi tinggi. Fungsinya adalah memastikan bahwa air yang disiramkan berada dalam kisaran suhu ideal untuk tanaman (ditetapkan antara $20^{\circ}\text{C}$ hingga $30^{\circ}\text{C}$). Jika suhu air terlalu dingin atau terlalu panas (di luar batas aman), sensor ini akan segera mengaktifkan System Override dan memblokir pompa. Tujuannya adalah melindungi tanaman dari Water Shock yang dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan merusak sel-sel tanaman, sehingga memprioritaskan keselamatan di atas kebutuhan penyiraman.

3. Sensor Hujan (Rain Sensor)Sensor hujan berfungsi sebagai mekanisme pengamanan sumber daya dan pencegahan overwatering dengan prioritas tertinggi. Sensor ini dipasang di luar dan bekerja dengan prinsip konduktivitas; ketika tetesan air hujan membasahi permukaannya, resistansi antar jalur konduktif menurun, mengirimkan sinyal digital True kepada ESP32. Begitu sinyal hujan terdeteksi, sensor ini seketika mengaktifkan System Override, menonaktifkan pompa air dan memblokir semua perintah penyiraman, terlepas dari seberapa kering pun tanahnya. Hal ini memastikan efisiensi air dan mencegah tanaman kelebihan air saat hujan alami.

4. Sensor Suhu dan Kelembapan Udara (DHT22)DHT22 adalah sensor diagnostik lingkungan yang selalu diposisikan di udara di dekat area tanam. Sensor ini mengukur dua parameter sekaligus—Suhu Udara (airTemp) dan Kelembapan Udara (airHumidity)—menggunakan termistor dan sensor kapasitif. Berbeda dengan sensor lainnya, data DHT22 tidak secara langsung mengontrol pompa atau memicu System Override; sebaliknya, data ini ditransmisikan ke aplikasi (HP) sebagai konteks lingkungan. Fungsi utamanya adalah membantu pengguna mendiagnosis masalah: Suhu Udara yang tinggi menunjukkan risiko stres panas dan evaporasi cepat, sementara Kelembapan Udara yang tinggi dapat menandakan potensi risiko penyakit jamur, memungkinkan pengguna untuk mengambil tindakan mitigasi secara manual.